Jumat, 15 Februari 2008

Meet Jo

Menurut Dave Reay di sebuah artikel di The Naked Science membagi penyebab emisi gas rumah kaca menjadi tiga: transportasi, rumah, dan terakhir bagian yang paling besar adalah tempat kita bekerja (industri).

Ya memang pemanasan global terjadi karena banyak hal yang diluar kekuasaan kita sebagai masyarakat biasa. Ya... mengingat perindustrian, pembakaran hutan, dan hal-hal besar seperti itu menyangkut politik. Tapi sesuai dengan postingan saya disini, kita juga warga dunia yang juga bisa ikut melakukan sesuatu. Dan itu bisa dimulai di rumah, di tempat terdekat kita. Mengganti kebiasaan-kebiasaan kita yang ternyata merugikan, dan itu bisa dimulai dari hal yang sederhana.

Dan untuk menunjukkan bahwa kita bisa berkontribusi, untuk menjelaskannya, saya akan dibantu oleh seorang teman, namanya Jo Tarming. Jo, karena ia memang menyukai hijau. Bajunya dan benda-benda yang ia miliki kebanyakan berwarna hijau. Kalau marah ia juga berubah menjadi hijau, apalagi kalau melihat uang (lho lho...).


Tarming, bukan karena mirip Miing atau Aming, tapi katanya sih karena ia charming dan anti global warming.

Oke, nantikan ceritanya ya...

Selasa, 12 Februari 2008

Indonesia Berprestasi!!!

Ternyata Indonesia bisa berprestasi juga!!!??? Eits, tapi ternyata prestasinya bukan prestasi yang menyenangkan :(

Jadi inilah prestasi Indonesia di kancah per-global warming-an:

  1. Peringkat keempat sebagai pembuang emisi gas rumah kaca (greenhouse gas/ GHG) di dunia.
  2. Peringkat ketiga penyebab pemanasan global jika berdasar indikator konversi lahan dan perusakan hutan.
Wak wak... emang sih negara pembuang emisi gas rumah kaca pertama diduduki Amerika Serikat (AS), disusul China dan Uni Eropa yang merangkum 25 negara. Sementara di bawah Indonesia, ada Brasil, Rusia, dan terakhir India. Tapi tahu nggak kalau Amerika Serikat, China dan Uni Eropa membuang emisi gas rumah kaca dari apa? Mayoritasnya dari industri!!! Sementara Indonesia? Ya... apalagi kalau bukan dari pembakaran hutannya... hiks.. hiks...


Dan as we know kalau hutannya Indonesia itu adalah yang terbesar kedua setelah hutan Amazone, jadi sebenernya Indonesia dengan hutannya itu harusnya sangat bermanfaat untuk mengurangi gas penyebab efek rumah kaca. Tapi ternyata kalau tidak dikelola dengan baik, yang seharusnya baik malah berakibat buruk ya?

Jadi kita dukung dan doakan saja ya moga pemerintah yang masih memposisikan masalah lingkungan di prioritas keempat dapat menyelesaikan masalah ini. Hingga Indonesia justru berprestasi sebagai negara yang paling bermanfaat bagi dunia sebagai pemilik area hutan yang dapat mengurangi emisi gas penyebab pemanasan global.

Lebih lengkapnya, baca di sini

Sabtu, 09 Februari 2008

Global Warming, What Next?

Pernah nonton acara Naked Science yang temanya membahas tentang global freezing. Jadi beberapa ilmuwan mengadakan penelitian tentang kemungkinan terjadinya perubahan iklim yang ekstreem. Dan ternyata setelah mempelajari bongkahan-bongkahan es yang disinyalir telah berusia jutaan tahun, beberapa ilmuwan menyimpulkan memang pernah terjadi perubahan iklim yang ekstreem di bumi kita ini. Namun itu hanya terjadi selama beberapa saat saja (tapi pastinya nggak dalam hitungan hari apalagi detik sih... tetep aja tahunan >_<), dan setelah itu terjadi iklim bumi kembali pada kondisi "normal". Para ilmuwan pun memberikan teori bahwa mungkin saja akan terjadi global freezing setelah terjadinya global warming, lebih lengkapnya coba baca disini.

Tapi itupun belum merupakan kesimpulan final dari para ilmuwan itu, hanya sampai ke tahap spekulasi. Hooo... bayangin ya kalau ternyata memang terjadi zaman es lagi kayak berjuta tahun yang lalu huaaa....!!!

Sedikit bayangan tentang global freezing, pernah nonton film The Day After Tomorrow kan? Nah di film itu digambarkan tentang terjadinya global freezing di bumi bagian utara. Padahal cuma bagian utara dan hanya terjadi selama hitungan hari lho, tapi film itu sudah sangat mengerikan.... Gimana ya kalau nggak cuma bumi bagian utara, tapi seluruh bumi ditutupi es? Dan lagi, nggak cuma beberapa hari tapi dalam hitungan tahun?

Kalau di film itu, orang-orang bisa mengungsi ke Meksiko yang ada di khatulistiwa... kalau global freezing bener-bener nutupin seluruh dunia kita mau ngungsi ke mana yak?

Wuih... ngeri, udah ah, mending sedia payung sebelum hujan aja! Let's save our earth!!!

Tinggal Dimana Ya?

Pernah ngebayangin nggak kalau akhirnya pemanasan global merenggut bumi kita tercinta? Ketika panas di bumi sudah tak bisa lagi ditolelir manusia... ketika es di kutub utara semakin meleleh, memuntahkan lelehannya ke laut dan membuat pulau-pulau tenggelam... ketika wabah penyakit berkembang dengan pesat... ketika hewan dan tumbuhan mati dan tak ada lagi yang bisa dimakan... ketika terjadi krisis air tawar, hingga manusia kehausan. Kalau semua itu terjadi kita mau pindah ke mana ya?

Well, emang sih alam semesta ini begitu luas, bahkan nggak ada yang tahu dimana batasnya. Tapi adakah tempat yang cocok bagi manusia selain bumi? Sepertinya itu juga masih jadi PR buat mas-mas dan mbak-mbak di NASA.

Atau kita mau jadi tetangganya mermaid di Mars yang nampak di foto ini? ^_^

Hehehe... bukan kok, ini bukan mermaid beneran, baca aja disini untuk lebih jelasnya.

Yang jelas, daripada pusing mikirin mau tinggal dimana dan bertetangga dengan siapa, ya kenapa nggak kita selamatkan bumi kita hingga senantiasa nyaman untuk kita dan generasi setelah kita tempati?

2000 Pulau Di Indonesia Bakal Hilang?

Mungkin udah ada yang tahu kalau sedikitnya 23 pulau di Indonesia tenggelam dalam 10 tahun terakhir akibat pemanasan global. Kalau kata Prof. Dr. Emil Salim, salah satu pakar lingkungan hidup di Indonesia, pulau yang tenggelam itu memang pada umumnya bukan pulau yang berpenghuni.

Tapi bayangin, kalau pemanasan global terus berlanjut sampai bertahun-tahun kemudian... sekitar tahun 2030 diperkirakan akan ada 2000 pulau kecil di Indonesia yang tenggelam!!! Yup, karena memang salah satu dampak pemanasan global adalah naiknya permukaan air laut. Tahu kan, kalau tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Jadi, untuk pulau dengan ketinggian yang hanya beberapa meter (seperti kebanyakan pulau di Samudera Pasifik) kemungkinan besar akan segera menghilang jika pemanasan global tak juga dihentikan.

Nggak cuma itu, mungkin aja semakin lama kita juga harus aware kalau-kalau pulau-pulau besar ikut-ikutan terendam (seperti Jakarta yang banjirnya semakin parah). So kita nanti hidup di mana ya?

Tapi kita harus tetap yakin kalau bersama-sama kita bisa kok menanggulangi dan mencegah dampak dari pemanasan global ini agar tak semakin meluas. Asaaal... beneran kita mau berusaha!

Semangat!!!

(diambil dari berbagai sumber)

Rabu, 06 Februari 2008

Kertas, LP, dan Global Warming

Sempet nonton di sebuah acara TV, ada LP yang mempekerjakan para tahanan untuk bikin semacam gerabah… eits, gerabah apaan? Bukan dari tanah liat kok, tapi dari kertas! Yuppi, dari kertas! Iya, jadi mereka bikin kerajinan-kerajinan macam gentong, hiasan, patung-patungan, dan sebangsanya pakai kertas!

Gimana cara? Emang origami? Tetoot (bunyi bel tanda salah)….

Kertasnya bukan dilipat-lipat kok, tapi dijadikan bubur kertas (ditambah beberapa bahan lain). Seudah jadi adonan kertas, nah adonan itu terus dibentuk jadi macam-macam kerajinan. Setelah melalui beberapa proses, jadilah kertas yang tadinya cuma gundukan koran bekas itu menjelma jadi hiasan nan indah bin keren.

Kreatif ya! Saya salut banget ama tuh LP yang bisa melihat suatu prospek bisnis dari sumber daya yang seringkali hanya dianggap sampah. First, SDM-nya yang sering disebut “sampah masyarakat”, dan last, kertas koran bekas yang biasanya cuma numpuk di gudang belakang rumah kita. Dan jangan salah lho, kerajinan itu cukup laku di pasaran!

Jadinya LP itu dapat beragam keuntungan. Pertama, ya tentu penghasilan buat LP dan para tahanan. Kedua, pelatihan keterampilan untuk para tahanan agar seudah kembali ke masyarakat bisa mengaplikasikan keterampilan itu. Ketiga, secara nggak langsung pelatihan itu menurut saya bikin para tahanan punya semangat untuk bangkit dan merasa dirinya berharga, klo kata saya sih ini penting untuk membangun kepercayaan diri seudah ntar balik ke masyarakat. Keempat, pastinya LP ini juga ngasih pendapatan buat para pemulung kertas. Dan last but maybe not least, sampah di dunia ini berkurang….

Apa hubungannya sama global warming? Humm… kalau sampah itu dimusnahkan dengan cara dibakar, maka asapnya kan ikutan bikin efek rumah kaca yang jadi penyebab global warming ^_^ lagian bumi kita ini udah penuh dengan sampah, klo kita nggak berusaha buat menguranginya dengan cara yang “cerdas” maka beberapa tahun lagi kita akan bertetangga ma gunungan sampah….

Well, kalau mereka aja bisa segitu kreatifnya untuk ikut serta mencegah global warming, kenapa kita masih diam?

Just Start It!!!

Seorang temen pernah bilang, “Semua ada prosesnya, ada yang prosesnya cepet ada yang prosesnya lambat, yang penting kita berani mulai dan berani mempertahankan keberlangsungannya”

Apa hubungannya sama global warming?

Yup, as we know klo global warming tuh emang permasalahan dunia yang emang susyeh banget klo mau kita antisipasi sendirian. Ya secara, namanya juga “global” bukan “local” hehe. Tapi hey dude, kita ini warga dunia! Walau cuma satu dari sekian miliar penduduk dunia, tapi kita juga ikut berkontribusi kok untuk melakukan perubahan.

Ada sebuah cerita tentang seseorang yang ingin mengubah dunia, tapi setelah bertahun-tahun ia tak berhasil. Setelah ia evaluasi, ternyata ia harus memulainya dari negaranya. Maka mulailah ia berusaha mengubah negaranya. Tapi lagi-lagi setelah bertahun-tahun ia gagal. Ia tak menyerah, kali ini ia melihat bahwa ia harus mengubah masyarakat di sekitarnya terlebih dahulu sebelum mengubah negaranya. Ia pun mulai berusaha mengubah masyarakat di sekitarnya. Namun, ya… ia gagal lagi. Ia tetap gigih, sekarang giliran keluarganya yang ia anggap sebagai sesuatu yang harus ia ubah terlebih dahulu sebelum mengubah masyarakat. Dan ia pun berusaha mengubah keluarganya. Tapi lagi-lagi ia gagal. Dan di akhir hayatnya ia baru menyadari bahwa ia seharusnya mengubahn dirinya terlebih dahulu sebelum mengubah semuanya.

Jadi, kita mulai dari diri kita ya… baru ke keluarga sebagai lingkungan terdekat kita, lalu ke masyarakat baru ke negara dan kemudian dunia. Terasa demikian besar ya? Terasa begitu idealis ya? Tapi memang seperti itu semuanya berproses. Saya yakin proses itu nggak makan waktu yang sedikit, bahkan sangat mungkin klo ternyata kita udah pergi dari dunia ini sebelum kita ngeliat hasil dari jerih payah kita untuk ikut mencegah tuh global warming. Tapi berbanggalah, kita bisa jadi bagian dari solusi, tanpa perlu merasa jadi pahlawan.

Mulai aja dari hal-hal simple kayak matiin lampu pas mau tidur, matiin barang elektronik yang nggak kita pakai. Mengurangi penggunaan hal-hal yang nggak terlalu dibutuhin yang malah jadi sampah kayak pembungkus kado, kantong plastik, dll. Atau buat yang merokok, mulai hidup sehat yuk dengan berhenti merokok! Buat yang pakai kendaraan, rawat baik-baik kendaraannya biar emisinya juga nggak berlebihan, atau mulai berpikir untuk pakai sepeda or jalan kaki? Hehe klo jalan kaki 10 km sih gempor juga yah!

Ya, kata temen yang lain, “Kalau kita nggak bisa jadi problem solver ya jangan jadi problem maker!